Distani, Januari 2025. Budidaya
tanaman sangat lekat dan tak bisa
dipisahkan dari faktor alam, tidak terkecuali dalam berbudidaya padi. Banjir
merupakan salah satu ancaman utama bagi petani padi, terutama di daerah dengan
topografi rendah. Banjir dapat menyebabkan gagal panen,
kerugian ekonomi, dan bahkan kehilangan lahan pertanian. Namun, dengan strategi
budidaya yang tepat, petani padi dapat mengurangi risiko kerugian akibat
banjir.
Berikut
adalah beberapa strategi budidaya yang dapat dilakukan :
1. Banjir umumnya terjadi pada pertengahan Desember
hingga Februari akhir, petani dapat menggeser waktu tanam menjadi Maret (semai Februari
akhir), panen Juni, dan Pertanaman berikutnyapada bulan Juli dan panen
November/Desember. Dengan cara ini, lahan sawah aman dari kebanjiran.
2. Penggunaan varietas toleran rendaman seperti Inpara
3, Inpara 4, Inpara 5. Jika varietas biasa hanya tahan rendaman selama 4-7 hari
saja, sedangkan varietas-varietas tahan rendaman mampu bertahan 10-14 hari.
3. Pemeliharaan dan perbaikan sistem perairan secara
berkala serta meninggikan tanggul.
4. Memanfaatkan program pemerintah. Berbagai program
telah disiapkan pemerintah mulai dari normalisasi irigasi untuk mendukung usaha
budidaya pertanian, asuransi usaha tani padi (AUTP) yang memberi rasa aman pada
petani hingga pemberian benih pengganti melalui cadangan benih daerah (CBD)
maupun nasional (CBN).
5. Melakukan penghijauan di sekitar daerah aliran
sungai sebagai solusi jangka panjang. Akar tanaman berfungsi menyerap air
tanah, menjaga agregat dan mengurasi abrasi dengan menghalangi aliran
permukaan.
Dengan
strategi-strategi di atas, petani padi dapat mengurangi risiko kerugian akibat
banjir dan meningkatkan produktivitas lahan. Selain itu, pengembangan sistem
pertanian yang berkelanjutan juga dapat membantu mengurangi risiko banjir.
Ditulis oleh : Agung Prastiyo, S.P.
Penyuluh Pertanian Ahli Pertama BPP Dente Teladas
Dinas Pertanian Kabupaten Tulang Bawang