Distani, Februari 2025. Ubi Kayu (singkong) merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Tulang Bawang. Berdasarkan BPS Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2022, luas panen ubi Kayu mencapai 28.365,8 Ha. Peningkatan Produktivitas ubi kayu menjadi salah satu fokus utama petani dalam budidayanya. Salah satu pendukungnya adalah pemupukan, namun yang menjadi kendala saat ini harga pupuk yang tinggi. Kondisi ini mendorong petani untuk mengupayakan strategi budidaya yang dapat mengatasinya, salah satunya adalah penggunaan Kompos Mix Agen Hayati (Kom-Mix Hayati). Terlebih kesadaran terhadap pertanian organik semakin meningkat
Ko-mix Hayati merupakan pengelolaan limbah kotoran hewan dan limbah organik menjadi kompos yang ditambahkan dengan agen hayati. Agen hayati yang ditambahkan dapat berupa Trichoderma atau Mikorhiza yang meningkatkan nilai tambah dan nilai guna dari kompos. Agen hayati yang ditambahkan berguna sebagai proteksi tanaman dan juga mempercepat waktu pengomposan.
Pembuatan Ko-mik Hayati untuk Ubi Kayu
Bahan yang Dibutuhkan:
Bahan Organik:
Limbah sayuran, buah busuk, atau daun hijau (sumber karbon)
Air kelapa atau tetes tebu (molase) sebagai sumber energi mikroba
Kotoran ternak (sapi/kambing) sebagai sumber nitrogen
Jerami, dedak, atau bekatul (opsional)
Mikroorganisme Starter:
EM4 (Effective Microorganisms 4) atau
Ragi tape + air cucian beras
Peralatan:
Ember atau jerigen (20-30 liter)
Air bersih (tanpa klorin)
Kain atau plastik untuk menutup
Cara Pembuatan:
Persiapan Larutan Mikroba:
Campurkan 1 liter EM4 dengan 5 liter air kelapa atau air cucian beras.
Tambahkan 500 ml molase atau gula merah cair.
Fermentasi Bahan Organik:
Cacah bahan organik agar mudah terurai.
Campurkan dengan larutan mikroba tadi dalam wadah tertutup.
Aduk setiap 2-3 hari untuk menjaga aerasi.
Fermentasi selama 7-14 hari hingga berbau segar dan tidak menyengat.
Penyimpanan dan Penggunaan:
Setelah matang, saring dan simpan di tempat teduh.
Untuk aplikasi ke ubi kayu, campurkan 1 liter komik hayati dengan 10-20 liter air, lalu semprotkan ke tanah atau daun setiap 1-2 minggu.
Manfaat Ko-Mix Hayati bagi Ubi Kayu
Penggunaan Ko-Mix organik pada tanaman ubi kayu membawa banyak keuntungan, antara lain:
Mempercepat pertumbuhan tanaman dan memperbanyak jumlah daun.
Memperbaiki struktur tanah, membuatnya lebih gembur dan subur.Meningkatkan pembentukan umbi, sehingga hasil panen lebih banyak dan berkualitas.
Mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, sehingga lebih ramah lingkungan dan hemat biaya.
Meningkatkan kadar pati dalam umbi, menjadikannya lebih bernilai jual tinggi.
Cara Aplikasi Ko-Mix Organik pada Ubi Kayu
Penyiraman ke Tanah
Untuk meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang pertumbuhan umbi:
Campurkan 1 liter komix hayati dengan 20 liter air.
Siramkan di sekitar pangkal tanaman dengan dosis 0,5–1 liter per tanaman.
Lakukan penyiraman setiap 2 minggu sekali, terutama pada fase pertumbuhan awal (1–4 bulan).
Penyemprotan Daun (Foliar Spray)
Aplikasi ke daun membantu penyerapan nutrisi lebih cepat:
Larutkan 1 liter komix hayati dalam 10 liter air.
Semprotkan ke daun dan batang tanaman pada pagi atau sore hari.
Lakukan penyemprotan setiap 2 minggu sekali hingga usia 4 bulan.
Campuran Pupuk Dasar
Saat menanam, komix hayati dapat dicampurkan dengan pupuk kandang atau kompos:
Campurkan 5 liter komix hayati per 50 kg pupuk kandang.
Diamkan selama 3–5 hari agar mikroorganisme berkembang optimal.
Gunakan sebagai pupuk dasar di lubang tanam sebelum memasukkan bibit.
Keunggulan Pemanfaatan Ko-Mix Hayati, antara lain:
Produktivitas ubi kayu meningkat hingga 20–30% dibanding metode konvensional.
Biaya produksi lebih rendah karena mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Kualitas umbi lebih baik, dengan ukuran lebih besar dan kadar pati lebih tinggi.
Tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit, mengurangi kebutuhan pestisida.
Pemanfaatan Ko-Mix Hayati dalam budidaya ubi kayu di Tulang Bawang adalah langkah tepat menuju pertanian yang lebih berkelanjutan. Dengan teknik aplikasi yang mudah dan manfaat yang besar, petani dapat meningkatkan hasil panen mereka tanpa merusak lingkungan.
Ditulis oleh Dwi Yulina, SP. (Fungsional Penyuluh Pertanian Ahli Madya Kabupaten Tulang Bawang)