Distani, 2025. Fenomena asam-asaman ini sebenarnya bukan lagi hal baru bagi petani, khususnya petani lahan rawa pasang surut ataupun tadah hujan, namun tidak sedikit dari para petani kita yang juga masih bingung terkait gejala ini dan cara mengatasinya.
Asam-asaman adalah suatu gejala dimana daun padi menguning kemerahan diawali dari ujung menjalar ke pangkal daun, tak lama kemudian mengering dan pertumbuhan macet. Ketika tanaman dicabut akarnya tampak berwarna cokelat seperti warna besi berkarat, mudah mengelupas dan sebagian membusuk. Jika terlambat ditangani dengan baik, pertumbuhan padi nantinya akan terhenti, anakan tidak terbentuk dan bisa berujung pada kegagalan tanam.
Sepintas asam-asaman ini mirip dengan gejala hawar daun maupun blast pada tingkat serangan tertentu, namun jika diamati terdapat perbedaan yang cukup jelas. Hawar daun yang disebabkan oleh bakteri xanthomonas oryzae dan blas karena jamur pyricularia oryzae diawali dengan munculnya bercak-bercak yang makin lama makin meluas dan menyebar sepanjang daun. Pada akar tidak ditemukan kerusakan. Sedangkan asam-asaman diawali dengan klorosis pada helai daun dan pada akar menampakkan kerusakan.
Gejala terkena asem-aseman ini biasanya muncul hampir tiap tahun pada musim tanam II, yaitu antara bulan Maret-April pada umur 2-4 minggu setelah tanam terutama musim kemarau (juga bisa dimusim hujan). Kejadian seperti ini akan semakin banyak dijumpai pada lahan sawah yang kandungan C-organiknya rendah, ditambah kebiasaan petani kita yang menggenangi sawahnya dengan tujuan untuk menekan pertumbuhan gulma terutaman saat tanaman masih di usia muda. Pada lahan dengan drainase yang buruk (tidak mendapat masukkan dan air sulit dibuang dari petakan), juga akan dipastikan sangat mudah terjangkiti asem-aseman ini. Kondisi ini jelas akan mengurangi suplai dan proses pertukaran oksigen di dalam tanah, yang mana fungsinya sangat penting bagi perkembangan akar. Disebut juga gejala asem-aseman ini terjadi, karena proses perombakan/ pelapukan bahan organik sisa jerami oleh mikroorganisme di lahan tersebut yang belum selesai.
Namun biasanya sebagian petani masih menganggap, bahwa kondisi tanaman yang demikian karena kekurangan unsur hara dengan kandungan N. Akhirnya ditambahlah pemakaian pupuk Urea yang mana bukannya daun menjadi hijau kembali, tapi malah akan semakin memperparah kondisi. Karena perlakuan seperti ini membuat terjadinya penurunan pH, tanah menjadi semakin asam, akhirnya tanaman keracunan Fe dan Na juga bisa timbul senyawa berbahaya seperti Asam Sulfat (H2SO4). Apalagi jika tanaman masih muda, bisa tambah makin parah jika dibarengi adanya serangan sundep (penggerek batang).
Gejala asam-asaman sebenarnya sangat mungkin untuk dicegah dengan beberapa cara, yaitu :
Perbaiki drainase lahan agar air bisa segera dibuang tidak terus menggenang, atau bisa dibuat parit di sekeliling petakan lahan untuk memudahkan air terkumpul di pinggir.
Melakukan penundaan waktu tanam sampai proses pelapukan sisa bahan organik selesai dengan sempurna, bisa tambahkan bahan perombak berbahan mikroorganisme tangguh untuk mempercepat proses. Imbangi dengan pengolahan lahan yang baik.
Pengapuran lahan dengan dolomit sebelum tanam untuk menetralisir pH tanah yang asam dan mengikat logam-logam terlarut.
Tambahkan pupuk kompos/kohe yang sudah matang sempurna minimal 2 ton per hektar pada setiap proses pengolahan lahan agar ketersediaan hara tetap terjaga dan meningkatkan sediaan C-Organik. Sehingga memperbesar daya serap air dan meremajakan tanah, sekalian bisa mengurangi pemakaian urea. Juga bisa tambahkan ZnSO4 15-20 kg per hektar lahan.
Jika sudah terlanjur muncul gejala asem-aseman, undur jadwal pemupukan dengan unsur N bisa 20 HST atau lebih. Ganti sumber unsur N dari ZA, dan perhatikan asupan pupuk berimbang dengan kandungan P dan K sesuai anjuran. Karena akar sedang bermasalah, berikan juga larutan pupuk Zinc (ZnSO4) atau pupuk yang mengandung unsur Zn melalui aplikasi semprot pada daun 4-5 sendok makan per 14 liter air untuk membantu memulihkannya. (dengan Bio Optifarm juga mengandung Zinc, dosis aplikasi 3 tutup untuk 14 liter air).
Pada lahan sawah dengan pola tanam padi-padi-padi, dianjurkan juga untuk menggunakan varietas yang lebih toleran tehadap asem-aseman seperti Kalimas-Sintanur-Membramo.
Demikian beberapa cara untuk mengatasi asem-aseman yang bisa kita lakukan, dengan melakukan pengamatan harian pada lahan, diharapkan penanganan pada masalah yang timbul bisa segera tertangani dengan cepat.
Ditulis oleh Agung Prastiyo, SP. (PPL Dente Teladas)